Minggu, 23 Oktober 2016

Human Information Behaviour

   Mencari & menggunakan informasi adalah kebutuhan manusia di era informasi & informasi berguna sebagai pengetahuan. Beragam cara digunakan untuk dapat mengakses informasi yang dibutuhkan mulai dari menggunakan media digital maupun media cetak. Menurut Wilson dalam jurnalnya Human Information Behavior. Special Issue on Information Science Research, Vol. 3 No. 2 mengatakan bahwa karakter tiap orang yang berbeda-beda menyebabkan informasi yang dicari juga berbeda, hal ini disebabkan oleh aspek dari sosial budaya, ekonomi, politik serta peran sosial tiap individu. Perbedaan perilaku tersebut akan memunculkan keragaman perilaku informasi yang dalam hal ini jika di kaitkan dengan dunia perpustakaan ataupun provider informasi maka harus bisa memberikan pelayanan terkait informasi yang mereka butuhkan sesuai dengan karakter mereka.
   Membaca & mengindentifikasi perilaku informasi sangat penting untuk dilakukan karena berkaitan dengan arah pembangunan & penerapan ekosistem informasi. Wilson lalu membagi tentang perilaku informasi dengan beberapa istilah, yaitu information behavior, information seeking behavior, Information Searching Behavior & Information Use Behavior. Definisi dari istilah-istilah tersebut adalah:
  • Information behavior (perilaku informasi) merupakan keseluruhan perilaku manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku pencarian dan penggunaan informasi baik secara aktif maupun secara pasif. Menonton televisi, membaca koran/website, berbicara kepada individu lain dapat dianggap sebagai perilaku informasi.
  • Perilaku penemuan informasi (information seeking behavior) merupakan upaya menemukan informasi dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu. Dalam hal ini seseorang menemukan informasi bisa melalui media cetak maupun media digital (Smartphone, Komputer).
  • Perilaku pencarian informasi (information searching behavior) merupakan perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang ditunjukkan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem yaitu interaksi manusia dengan komputer misalnya penggunaan mouse atau tindakan meng-klik sebuah link, maupun di tingkat intelektual dan mental misalnya keputusan memilih buku yang paling relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan.
  • Perilaku penggunaan informasi (information user behavior) terdiri dari tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan seseorang ketika seseorang menggabungkan informasi yang ditemukannya dengan pengetahuan dasar yang sudah ia miliki sebelumnya. 
Model perilaku informasi
   Menurut Wilson seeking & searching adalah sesuatu yang berbeda, seeking bersifat lebih umum sedangkan searching bersifat lebih khusus dan terarah. Sehingga dari pengertian tersebut berarti information seeking adalah upaya menemukan informasi secara umum, dan information searching adalah aktivitas khusus mencari informasi tertentu yang sudah lebih terencana dan terarah. Wilson juga menjabarkan beberapa hal personal yang mempengaruhi aktivitas perilaku informasi, antara lain:
  • Kondisi psikologis seseorang. Perasaan senang atau sedih seseorang berpengaruh terhadap perilaku informasi
  • Demografis, menyangkut kondisi sosial-budaya seseorang sebagai bagian dari masyarakat tempat ia hidup dan berkegiatan. Kelas sosial juga dapat mempengaruhi perilaku informasi seseorang, misal perilaku seseorang dari kelompok masyarakat yang punya akses informasi melalui internet pastilah berbeda dari orang yang tak memilikinya.
  • Peran seseorang di masyarakatnya, khususnya dalam hubungan interpersonal ikut mempengaruhi perilaku informasi.
  • Lingkungan, dalam hal ini adalah lingkungan dari individu tersebut berada.
  • Karakteristik sumber informasi, Karakter media yang akan digunakan dalam mencari dan menemukan informasi.

Referensi:

Priyanto, Ida Fajar. 2016. Kebutuhan dan Perilaku Informasi, Materi Kuliah Isu-isu Kontemporer Informasi Sesi 7. Yogyakarta: Program Studi Kajian Budaya dan Media Minat Studi Manajemen Informasi dan Perpustakaan UGM.


http://restyjf.blog.ugm.ac.id/2009/05/11/information-behavior/

Wilson, T. D. 2000. Human Information Behavior. Dalam Special Issue on Information Science Research, Vol. 3 No. 2.


Jumat, 14 Oktober 2016

Sindrom Era Informasi Digital: Information Overload

 

   Bagi setiap individu yang keseharian nya selalu bersinggungan dengan berbagai macam informasi pada era digital seperti sekarang ini tentunya pernah mengalami dengan apa yang disebut information overload. Arti dari information overload adalah mengacu pada kesulitan seseorang dalam memahami suatu persoalan dan membuat keputusan yang disebabkan oleh terlalu banyak informasi yang dia ketahui (juga dikenal sebagai infobesity atau infoxication). Istilah ini dipopulerkan oleh Alvin Toffler pada tahun 1970 dalam bukunya Future Shock.

   Information overload terjadi ketika jumlah input informasi ke sistem (yaitu otak manusia) melebihi kapasitas pengolahan otak. Si pengambil keputusan mempunyai keterbatasan dalam kapasitas pengolahan kognitif yang berakibat ketika menerima informasi yang berlebihan maka ada kemungkinan terjadi penurunan kualitas keputusan. Hal tersebut sangat berpengaruh buruk & merugikan karena pengambilan keputusan tidak berjalan optimal. Contoh nyata yang saya alami adalah ketika saya akan membuat tulisan untuk dipublikasikan ke dalam blog, dalam hal ini saya banyak mendapatkan referensi informasi yang bisa dijadikan rujukan akan tetapi karena saking banyaknya informasi yang saya dapatkan malah membuat saya semakin bingung & harus memilih mana yang kira-kira pantas untuk dipakai.

   Berikut beberapa penyebab terjadinya information overload (Priyanto, 2016) antara lain:

  1. Terlalu banyak dijejali informasi. (dalam hal ini karena media informasi yang semakin canggih, misal informasi yang berasal dari aplikasi pesan instan seperti WA, BBM, Email, media online)
  2. Tidak mengerti atau paham dengan informasi yang sudah ada. (informasi belum bisa dipahami secara menyeluruh sehingga menimbulkan kebingungan)
  3. Kebingungan untuk mengetahui apakah informasi yang dicari ada.
  4. Tidak tahu dimana untuk mendapatkan informasi. (kurangnya pengetahuan untuk mencari referensi dalam mendapatkan informasi)
  5. Tidak dapat mengakses informasi. (lebih terkait ke aspek teknis, misal: tidak adanya koneksi jaringan internet)
   Manusia diciptakan untuk dapat beradaptasi & menyesuaikan dirinya dengan perkembangan jaman, mungkin suatu saat nanti di masa depan manusia berevolusi mempunyai kapabilitas otak yang lebih tinggi dibandingkan sekarang sehingga mampu mengatur banyak informasi dalam memori nya & information overload bukan halangan bagi manusia untuk dapat menyerap berbagai informasi yang berkembang disekitarnya. Di masa depan teknologi yang semakin canggih memungkinkan manusia untuk meng-upgrade kapasitas otak, layaknya dalam cerita film fiksi ilmiah seperti The Matrix, Johny Mnemonic atau Elysium.


Referensi:

Minggu, 02 Oktober 2016

Tren Teknologi Wearable Device Sebagai Implementasi Internet of Things (IOT)


   Perkembangan teknologi yang kian pesat memunculkan berbagai inovasi tren teknologi terbaru. Teknologi itu sendiri diciptakan oleh manusia untuk memberikan kemudahan & solusi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah dengan hadirnya teknologi wearable device, Definisi dari pengertian wearable device sendiri mengutip dari wikipedia adalah sebuah perangkat yang bisa dipakai di bagian tubuh manusia yang berhubungan dengan operasi komputer dan teknologi yang canggih dengan memperhatikan estetika dan fungsi yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

   Perangkat wearable device yang biasa dipakai khalayak umum serta banyak dijual untuk saat ini adalah smartwatch, smartband, wireless headset & smartglass. Untuk smartglass merupakan teknologi wearable device yang paling mutakhir yang sedang dikembangkan oleh Google. Prinsip utama dari konsep dikembangkannya wearable device itu sendiri adalah wearable technology, yaitu teknologi yang bisa dipakai & diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sejarah perkembangan wearable technology.
   Teknologi wearable device merupakan implementasi dari internet of things (IOT), skenario dimana sebuah objek, binatang atau orang dengan menggunakan identifikasi unik dan kemampuan untuk secara otomatis mentransfer data melalui jaringan tanpa memerlukan campur tangan antara manusia maupun komputer. Semua perangkat yang terhubung lalu dapat saling bertukar data & informasi melalui media koneksi nirkabel, misalkan via wifi, bluetooth, NFC, RFID atau bahkan melalui jalur komunikasi selular. Untuk selanjutnya mekanisme pertukaran informasi tersebut dilakukan secara packet switched melalui internet. Sebagai contohnya smartwatch yang saya pakai terhubung dengan smartphone melalui bluetooth, lalu dengan smartwatch tersebut saya dapat membaca email & membalas pesan yang dikirimkan pada saya tanpa perlu membuka smartphone.

Smartwatch
   Potensi dari tren penggunaan teknologi wearable device yang merupakan implementasi dari internet of things terbilang cukup besar dikarenakan menurut prediksi hingga tahun 2030-an akan terdapat puluhan milyar perangkat teknologi yang dapat saling terhubung.

Prediksi IOT
   Bahkan menurut survey yang dilakukan oleh Ericsson ConsumerLab menunjukkan bahwa kecenderungan pengguna untuk beralih menggunakan wearable technology di masa depan semakin bertambah.

Survey wearable technology


Referensi: